Bukan
kehendakku untuk menjadi dewasa seperti orang-orang yang berjalan dengan
kesibukannya. Tidak enak memang ketika kita sudah mengetahui apa yang dimaksud
dengan perjuangan dan pengorbanan, terasa berat ketika melakukan dua hal ‘Aneh’ itu. Aku seperti orang dengan
berjuta bayang-bayang kegagalan. Juga merasakan kesendirian. Celoteh orangtua
yang dulu sering aku abaikan sekarang menjadi banggaan, tolong marahi aku lagi,
larang aku lagi, cubit aku lagi, jewer aku lagi Pak, Buk. Aku rindu dengan
semua itu, rindu dengan semua kenakalanku yang masih belum mempengaruhi masa
depanku. Waktu begitu cepat berlalu hingga aku tak sadar sudah menjadi orang
yang selalu benar, aku merasa selalu benar karena aku tak lagi mendapatkan
marahan, cubitan, jeweran dari orangtuaku. Apakah aku memang sudah bisa menjadi
benar dan baik Pak?
Kehidupanku
sekarang sangatlah berarti, salah melangkah satu pijakan saja bisa mempengaruhi
masa depanku. Hidupku terkekang dengan bayang-bayang kegagalan dan masa depan
yang suram. Jika aku telah bisa menjadi benar dan baik, kenapa harus aku
merasakan seperti ini? Rindu sekali dengan momen ketika Ibuk memanggilku di
tengah lapangan dan menyuruhku untuk berangkat mengaji ketika senja sudah
nampak. Ingin kembali ke momen ketika aku hanya merasakan kesusahan ketika
mendapat PR Matematika. Serasa tidak ada masalah dulu itu, satu-satunya masalah
hanya PR Matematika.
Sudah
berlalu belasan tahun, dan sekarang bahkan aku jauh dari seseorang yang dulu
paling suka menceramahiku. Memang aku suka dengan menjadi dewasa, karena
mungkin aku bisa merasakan cinta, merasakan prestasi, merasakan diri ini
berkembang, tapi....... apakah aku bisa kembali ke waktu lalu saja? Aku lebih
suka dengan cerita bermain kelereng, petak umpet dan kejar-kejaran. Hidup memang
berjalan maju.
Aku
butuh tatahan Bapakku lagi, aku membutuhkannya setiap waktu, bukan hanya ketika
aku belajar berjalan saja. Bahkan sekarang ketika aku sudah bisa berlari dan
mengejar mimpi, aku masih sangat membutuhkannya. Tatah aku lagi Pak, agar aku
bisa berjalan. Aku semakin dewasa, aku sudah mengetahui mana yang benar dan
salah, tetapi kenapa masih saja sangat susah bagiku? Tatah aku lagi Pak, agar
aku bisa berjalan. Pak, apakah langkahku sekarang sudah benar dan lancar? Pak,
dulu engkau yang membangunkanku ketika aku terjatuh dalam jalanku, namun
sekarang kenapa aku harus bangun sendiri? Bisakah kau saja yang membangunkan
jatuhku? Tatah aku lagi agar aku tak merasakan kesulitan lagi dalam hidup yang
tak abadi ini.
0 komentar: