Showing posts with label Edukasi. Show all posts

Banyak sekali produk-produk budaya di tanah air saat ini yang mengadopsi bentuk fisik maupun bentuk moral dari pengalaman masa lalu, ba...




Banyak sekali produk-produk budaya di tanah air saat ini yang mengadopsi bentuk fisik maupun bentuk moral dari pengalaman masa lalu, baik itu di tatanan arsitektur hingga pendidikan. Terang saja jika Indonesia menjadi salah satu negara yang diakui memiliki keragaman yang luar biasa di dunia ini. Selain gerusan arus global yang sangat kuat, Indonesia dengan gagahnya masih mampu mempertahankan identitasnya sebagai ‘Nusantara’. Tak luput dari semua aspek kehidupan, terutama adalah hal Pendidikan. Jika dilihat dari sejarah Pendidikan yang ada di Indonesia, rupanya Pondok Pesantren merupakan simbol atau simplifikasi dari Pendidikan Nusantara jaman dahulu.


Sistem pendidikan dengan model dukuh, asrama, atau padepokan merupakan cara pendidikan yang sudah ada sejak jaman Hindu-Budha. Munculnya para walisongo akhirnya juga mengadopsi model pendidikan yang sudah ada. Menurut Zaini Achmad Syis dalam buku berjudul Standarisasi Pengajaran Agama di Pondok Pesantren (1984), sebenarnya konteks pendidikan pesantren yang representatif mencitrakan sistem pendidikan Islam di Nusantara adalah pengambilalihan bentuk Pendidikan sistem biara dan asrama yang dipakai oleh pendeta dan bhiksu saat proses belajar dan mengajar. Itulah mengapa pondok pesantren biasanya disebut berasal dari mandala Hindu-Buddha. Terlebih, Clifford Geertz juga pernah mengatakan bahwa pondok pesantren mengingatkan orang pada biara, tetapi santri bukanlah para pendeta.


Seiring waktu berjalan, dukuh yang akhirnya disebut ‘pesantren’. Dan, kata ‘santri’ sendiri sebenarnya adalah adaptasi dari istilah sashtri yang berarti orang-orang yang mempelajari kitab suci (sashtra). Tidak hanya itu, dalam pesantren juga diajarkan bagaimana tata krama dalam menuntut ilmu, biasanya menggunakan kitab Ta’limul Muta’allim karya Syaikh az-Zarnuji. Rupanya, tata krama yang diajarkan di dalam pondok pesantren juga sebenarnya selaras dalam ajaran Hindu-Buddha yang diberi nama ‘gurubakti’.


Usaha adaptasi para walisongo terhadap sistem Pendidikan model dukuh dan asrama ini rupanya juga membawa dampak yang sangat dignifikan untuk para santri dalam memahami ajaran Islam dan mengajarkan nilai-nilai sosio-kultural. Sehingga dengan proses pembelajaran melalui model dukuh dan asrama, para santri tidak hanya dapat memahami ilmu agama saja, melainkan juga kompleksitas dalam bersosial dan berbudaya. Sehingga, para santri mempunyai pemahaman yang mumpuni jika sudah keluar atau menyelesaikan pembelajarannya di pesantren.


Terlepas dari itu semua, sebenarnya konsep pembelajaran Nusantara yang paling penting bukanlah pada hal fisiknya melainkan peristiwa moral. Dan, ada satu titik temu yang membuat pondok pesantren masih relevan dengan pendidikan di Nusantara kala itu. Konsep moral dan tata krama dalam Pendidikan adalah bahwasannya guru harus dimuliakan, sehingga yang patut untuk datang saat ingin menuntut ilmu adalah murid atau santri. Pada jaman dahulu tidak ada les privat dengan guru datang ke rumah. Ada filter dari masyarakat bahwasannya jika ingin belajar suatu ilmu, maka harus datang ke orang tertentu. Guru yang mendapat pengakuan dari masyarakat bukanlah seseorang yang telah menamatkan studi hingga tinggi, melainkan seseorang yang memang dianggap masyarakat ‘pantas’. Filter ini lah yang masih bertahan di dunia pondok pesantren, dimana santri lah yang datang ke tempat guru berada. Menuntut ilmu dengan kurun waktu tertentu dan masyarakat pun meyakin bahwa sosok yang berada di pondok pesantren itu adalah pantas. Karena adanya filter dari masyarakat inilah yang menjadikan setiap pondok pesantren memiliki keistimewaannya sendiri-sendiri. Aturan paling baku, kurikulum paling ampuh bukan pada yang tertulis dalam kertas, kurikulum paling ampuh itu ada pada sosok guru atau kyai. Kurikulum hidup yang dapat memahami setiap santrinya. Kurikulum hidup yang dekat dengan Allah, sehingga membuat ilmu yang diajarkan akan selalu mendekatkan kepada Allah. Ya, itulah Pendidikan yang sudah diwariskan dari dulu. Pendidikan pondok pesantren yang bukan hanya sekedar menjadikan pintar, melainkan menjadikan santrinya menjadi manusia yang paripurna.



Selamat pagi kawan-kawan, Menindaklanjuti bahasan kita tempo hari itu yang tentang beasiswa LPDP, yuk kita bahas lagi lanjutan tent...

Selamat pagi kawan-kawan,
Menindaklanjuti bahasan kita tempo hari itu yang tentang beasiswa LPDP, yuk kita bahas lagi lanjutan tentang beasiswa LPDP. 



Sebelum membahas lebih jauh, saya ingin menggarisbawahi hal yang sangat penting, bahwasannya di seleksi administrasi, dua hal yang berkontribusi besar (memiliki poin besar) adalah; Nilai TOEFL/IELTS dan Essay. Jadi, maksimalkan kemampuan kalian untuk mengoptimalkan kedua hal tersebut. 





Nah, agar lebih sistematis dan runtut, mari kita bahas kedua hal tersebut agar persiapan teman-teman juga maksimal. Untuk hal pertama, mari kita membahas mengenai TOEFL/IELTS.




1.    TOEFL/IELTS
Untuk memenuhi kriteria LPDP, kita diminta untuk melunasi atau menuntaskan tes kemampuan bahasa inggris kita baik itu TOEFL ataupun IELTS. Berapa skor minimalnya? Berbeda-beda bro, tergantung tujuan universitas kalian, Universitas Dalam Negeri atau Universitas Luar Negeri. Tidak hanya itu, setiap universitas biasanya juga memiliki standar nilainya masing-masing, jadi pastikan nilai tes TOEFL/IELTS anda sudah memenuhi kriteria untuk universitas tujuan anda. 


Nah, disini saya akan memberi informasi tentang kriteria umum untuk TOEFL dan IELTS yang dibutuhkan LPDP.

a.    Untuk Pendaftar Dalam Negeri
Pendaftar Magister Dalam Negeri harus memiliki dokumen resmi bukti penguasaan bahasa Inggris yang masih berlaku dan diterbitkan oleh ETS (www.ets.org) atau IELTS (www.ielts.org) dengan skor sekurang-kurangnya TOEFL ITP® 500; TOEFL iBT® 61; IELTS™ 6,0; TOEIC® 650;atau TOAFL 500 bagi program studi dan/atau Perguruan Tinggi Islam yang mensyaratkan TOAFL sebagai syarat masuk.

b.    Untuk Pendaftar Luar Negeri
Pendaftar Magister Luar Negeri harus memiliki dokumen resmi bukti penguasaan bahasa Inggris yang masih berlaku dan diterbitkan oleh ETS (www.ets.org) atau IELTS (www.ielts.org) dengan skor sekurang-kurangnya TOEFL iBT® 80; IELTS™ 6,5; TOEIC® 800;atau TOAFL 550 bagi program studi dan/atau Perguruan Tinggi Islam yang mensyaratkan TOAFL sebagai syarat masuk.

 Udah jelas? Itu kriteria umum untuk bisa lolos administrasi LPDP dalam hal TOEFL dan IELTS.

2.    Essay

Nah, untuk essay ini, LPDP menyediakan dua tipe essay yang harus kita tulis. Berikut kriteria dari LPDP:

a.    Menulis rencana studi sesuai program studi magister pada perguruan tinggi tujuan.

b.    Menulis Statement of Purpose paling banyak 1.000 kata yang menjelaskan rencana kontribusi yang telah, sedang dan akan dilakukan untuk masyarakat, lembaga, instansi, profesi, atau komunitas.

Oke, kita akan membahas satu per-satu dari dua essay yang dimaksudkan LPDP itu. Yang pertama adalah essay tentang rencana studi. Dalam pembuatan essay untuk LPDP, tidak ada kriteria khusus harus menggunakan font apa, margin berapa, dan berapa kata minimal dan maksimal (kecuali essay statement of purpose). Jadi, untuk essay Rencana Studi, kita bebas mengekspresikan dengan bahasa kita dan format yang kita buat sendiri.

 Apa saja isi essay untuk Rencana Studi?

Dari judul saja kita sudah bisa menebak, sebenarnya essay ini tentang apa? Tentang mantan kah, resep makanan kah, atau tentang pengalaman putus saat lagi sayang-sayangnya kah. Sudah jelas kan? Karena essay ini tentang Rencana Studi, maka di dalamnya kalian harus menarasikan mengapa kalian ingin masuk universitas dan prodi tersebut, relevansi prodi tersebut dengan mimpi kalian, kalau bisa juga rencana riset kalian kedepan seperti apa, dan ketika sudah masuk di pilihan prodi tersebut, apa impactnya untuk kalian. 

Secara garis besar sih itu (kalau saya dulu seperti itu), dan saran saya, jangan menggunakan bahasa yang sangat formal seperti bahasa skripsi. Kalian bisa mengalir saja ketika menulis essay tersebut. Santai saja bro…….
Sekarang essay statement of purpose. Apa itu?

Essay ini adalah sebuah essay dimana kita harus membagikan pengalaman atau cerita tentang kontribusi kita terhadap Indonesia (instansi, masyarakat, profesi, dll). Kontribusi disini adalah kontribusi yang telah kita capai, yang sedang kita capai, dan akan kita raih. Jadi sangat runtut timeline nya. 

Pengalaman saya dulu, saya menarik garis besar aktifitas yang akan saya bagikan ini harus relevan dengan prodi yang akan saya ambil. Jadi, kontribusi-kontribusi yang telah saya lakukan dalam hal social-budaya (karena saya mengambil prodi tentang kebudayaan), kemudian kontribusi yang saat ini sedang saya lakukan untuk bidang social-budaya, dan rencana saya bagaimana kedepan saya bisa mengembangkan budaya Indonesia. 

Nah, jika sudah runtut seperti itu, akan sangat mudah jika kita menyambungkan poin tersebut dengan tujuan universitas dan prodi saya. And for your information, jika kita sudah memberikan hal yang mengkerucut seperti ini, akan menguntungkan kita saat seleksi wawancara bro. 

Jadi seperti itu, nah untuk kali ini cukup dua hal itu saja ya, jika masih ada yang ingin ditanyakan, silahkan komen saja atau bisa langsung kirim e-mail saya. Sukses bro….

Assalamu’alaikum……….. Halo temans. Apa kabar. Gimana skripsinya. Gimana KKN-nya. Gimana hubungannya. Dan gimana resolusinya. Ups…re...


Assalamu’alaikum………..
Halo temans. Apa kabar. Gimana skripsinya. Gimana KKN-nya. Gimana hubungannya. Dan gimana resolusinya. Ups…resolusi. Hoax atau memang ikhlas dalam hati?
Baiklah temans. Artikel kali ini mungkin saja bermanfaat untuk menunjang resolusi kalian. Atau, mungkin saja artikel ini nanti bisa bermanfaat buat teman kalian. Pacar kalian. Ibu kalian. Dan kalian sekalian. (Apaansih)
Beberapa waktu yang lalu, aku membuka sebuah pancingan kecil di sosial media ku tentang beasiswa LPDP. Rupanya, yang bertanya lumayan banyak. Dari sekitar 2.000 teman di sosial mediaku, kira-kira yang bertanya ada sekitar…… 5 orang. (Sial, aku bukan influencer). Tapi tak masalah, kali ini aku akan membahas beberapa poin penting perihal ciat-ciat, eh, kiat-kiat lolos beasiswa LPDP. Hmm..anu. bukan lolos LPDP sih, kiat-kiat bagaimana bisa memaksimalkan peluang untuk lolos LPDP. Perlu digarisbawahi kata ‘MEMAKSIMALKAN’, jadi jika kalian sudah mencoba cara ini dan masih gagal, berarti bukan salahku, tapi memang anda saja yang apes.

1.        APASIH LPDP ITU?
            Browsing sendiri, cuk. Ini mah gampang. (skip)

2.       APA YANG PERLU DISIAPKAN?
Nah, ini baru pertanyaan. Jadi temans, karena reputasinya yang tinggi, LPDP memiliki beberapa aturan dan tahapan dalam penjaringan calon awardee. Dan, faktanya, banyak yang mengatakan bahwa semakin lama, peluang mendapatkan beasiswa ini sangat susah. Regulasi yang sering berubah, dan jadwal yang kadang juga berubah. Ditambah, saingan yang melimpah, membuat proses seleksi beasiswa LPDP sangat susah.
Karena ketatnya seleksi beasiswa LPDP, maka alangkah lebih baik jika kebutuhan yang diperlukan disiapkan jauh-jauh hari. Untuk mengikuti atau mendaftar beasiswa LPDP ini, kira-kira ada administrasi yang harus kalian penuhi, yaitu:
-          TOEFL / IELTS
-          SURAT KETERANGAN SEHAT & SURAT BEBAS NARKOBA
-          IJAZAH TERAKHIR DAN TRANSKRIP
-          KTP DAN KK
-          FORMULIR PENDAFTARAN
-          SURAT REKOMENDASI
-          SURAT PERNYATAAN
-          ESSAY (RENCANA STUDI DAN KONTRIBUSI KEPADA INDONESIA)
Hal-hal administrasi seperti ini harus disiapkan dengan matang. Karena, jika semisal kalian belum punya TOEFL dan berencana ikut tes TOEFL setelah masuk periode pendaftaran LPDP, kalian akan kesusahan. Kalau kalian langsung bisa mendapatkan nilai TOEFL yang bagus, itu tidak masalah. Tapi, untuk kalian-kalian yang memang belum pernah tes TOEFL atau masih mengalami kesulitan dalam bahasa Inggris, jangan coba-coba menggampangkan.



A.      Bagaimana cara menulis Essay biar lolos seleksi administrative?
Berdasarkan pengalamanku, sebenarnya essay yang baik adalah essay yang linier dengan bidang tujuan kalian. Dan, harus bisa meyakinkan pembacanya. Semisal, tujuan studiku adalah di Ilmu Susastra, maka untuk essay ‘kontribusiku kepada Indonesia’, aku mencoba membuat essay yang mengkerucut dan selalu ada hubungannya dengan Ilmu Susastra (budaya). Aku meangkai essay itu dengan rinci. Tentang kegiatanku, kuliahku, skripsiku, dan aktifitas-aktifitas yang sekiranya masih berhubungan dengan bidang tujuanku.
Yang terpenting adalah, gunakan kata-kata pembius. Kata yang dapat membuat pembaca essay itu berpikir bahwa kalian memang layak. Kata-kata implisit yang dalam, dibalut dengan sedikit ke-alay-an yang terkesan hyperbole. Jika sudah, minta oranglain untuk membaca essay mu, minta mereka berkomentar. Jika komentarnya jelek, sudah, jangan terlalu berharap. Menyerahlah. Ups. Becanda….. tetap semangat, jadikan masukan-masukan itu untuk perbaikan dalam essay. Maka dari itu, jangan menyiapkan semua ini secara dadakan.

B.      TOEFL/IELTS Harus Berapa sih?
TOEFL dan IELTS. Sebenarnya semua ini sudah dijelaskan di web resmi LPDP, silahkan cek sendiri di www.lpdp.kemenkeu.go.id
Tapi aku kasih gambaran sedikit saja. Jika tujuan kampus kalian adalah Dalam Negeri, maka standard TOEFL nya adalah 500. Semakin gede, semakin yahud. (Ini bahas nilai toefl loh ya)
IELTS? Tergantung Universitas tujuan kalian, tapi minimal sih 6.5.

PERTANYAAN YANG BELUM TERJAWAB, AKAN DI POST BEBERAPA HARI LAGI. TENTANG TEST TAHAP DUA, FGD, DAN INTERVIEW.

Assalamu'alaikum wr.wb.  Alhamdulillah, kali ini masih diberi kesempatan untuk menulis artikel masih seputar tentang...




Assalamu'alaikum wr.wb. 


Alhamdulillah, kali ini masih diberi kesempatan untuk menulis artikel masih seputar tentang Indonesia. Hari ini, 15/04/2013 siswa Sekolah Menengah Atas di Indonesia sedang melaksanakan Ujian Nasional. Ujian yang paling dikhawatirkan. Ujian yang membuat siswa menjadi pusing. Ujian yang dianggap tidak adil, karena tiga tahun mereka belajar, tapi untuk bisa lulus hanya ditentukan dengan waktu empat hari. Kali ini penulis akan mencoba membeberkan tentag Ujian Nasional di Indonesia serta di beberapa negara.
Ini adalah beberapa pendapat untuk menghapuskan Ujian Nasional:

  • Prof Dr Arief Rahman Hakim, pengamat pendidikan, mengaku senang dengan penghapusan UN. Sejak dulu saya tidak setuju dengan adanya UN, katanya. Arief menilai rumusan UN ada yang salah. Apalagi, katanya, UU Sisdiknas tidak menyinggung soal UN.
  • Direktur Institute of Education Reform Universitas Paramadina, Hutomo Dananjaya, meminta Depdiknas instrospeksi dan tidak meneruskan UN.
  • Humas SMA Negeri 1 Depok, Wirdan, mengaku setuju peniadaan UN, karena tidak mencerminkan kualitas akademik siswa. Kadang ada siswa yang sangat pintar (materi) matematika dan fisika, tapi bahasa Indonesianya lemah, bukan berarti siswa itu tidak pintar kan, ujarnya.
Itu adalah pendapat tentang Ujian Nasional, mereka setuju jika Ujian Nasional dihapus. Berikut adalah tanggapan sejumlah Warga Karawang berdasarkan survey mengenai UN: untuk detail, baca http://www.karawanginfo.com/?p=6410
1. Helmi Yunanto
Menurut pendapat saya pribadi saya setuju dengan diadakannya Ujian Nasional dengan alasan dunia pendidikan kita perlu standarisasi yang bisa menjadi acuan. Hal tersebut juga dapat memacu murid dan guru agar memaksimalkan kemampuan mereka terlepas dari perbedaan sarana dan prasarana di sekolahnya masing-masing. Apabila kelulusan ditentukan oleh pihak sekolah dan guru, hal tersebut dikhawatirkan akan berdampak pada kecurangan-kecurangan yang ada.
2. Dara Trianissa Ginanti
Menurut saya National Examination tetap akan dilaksanakan meski banyak kontra dari masyarajat. Karena NE atau UN bisa jadi pendapatan bagi pihak tertentu. Kalo saya pribadi setuju saja diadakan atau tidaknya NE . Tapi saya sangat setuju dengan argumen yang mengatakan bahwa kelulusan siswa bukan ditentukan oleh pemerintah tetapi oleh sekolah. I agree about it. Thanks.
3. Uyan Gtg
Bagi saya UN itu perlu, karena untuk mengetahui sejauh mana daya tangkap anak terhadap pelajaran yang sudah dikasihkan. Cuma pemerintah juga harus tahu perbedaan antara pola pikir masyarakat kota dengan masyarakat leuwung (daerah) itu sangat jauh perbedaannya. Apalagi menghadapi praktek. Tolong dong pemerintah jangan memperhatikan masyarakat kota mulu yang notabene penghasilannya jauh kalo dibandingkan dengan pelosok daerah. Lengkapi dong kebutuhan dan keperluan untuk merangsang daya pikir anak, misal dalam praktikumnya. Terimakasih atas perhatiannya.
Itu adalah beberapa pendapat masyarakat mengenai Ujian Nasional, dalam artikel ini penulis tidak memihak kepada siapapun atau bisa dibilang penulis bersifat netral. Memang Ujian Nasional mempunyai dampak Positif dan Negatif, tapi jika terdapat dampak negatif, bukan berarti kita harus menyerah kan? Begitu sebaliknya, dampak positif juga bukan jaminan untuk kita bisa santai dengan dampak positifnya saja kan?
Yang terpenting adalah, jika memang Ujian Nasional tetap diadakan, Pemerintah jangan hanya duduk di singgasana dan hanya memantau darisana. Pemerintah harus turun ke lapangan dan mendekatkan diri kepada siswa agar mengetahui bagaimana perasaan siswa dengan Ujian Nasional, sehingga Pemerintah bisa menerapkan sistem Ujian Nasional yang tepat sasaran dan sesuai dengan Proses Pembelajaran di Indonesia. Dan jika memang akan ditiadakan, Pemerinta juga harus membuat sistem baru untuk standar pendidikan Indonesia yang baru. 
Sekarang, penulis akan memberikan informasi tentang Negara yang bisa dibilang Sangat Maju, dan mereka tidak mengenal Ujian Nasional.
1. Finlandia
Finlandia sebagai negara dengan system pendidikan termaju di dunia tidak mengenal yang namanya Ujian Nasional. Evaluasi mutu pendidikan sepenuhnya dipercayakan kepada para guru sehingga negara berkewajiban melatih dan mendidik guru guru agar bisa melaksanakan evaluasi yang berkualitas. Setiap akhir semester siswa menerima laporan pendidikan berdasarkan evaluasi yang sifatnya personal dengan tidak membandingkan atau melabel para siswa dengan peringkat juara seperti yang telah menjadi tradisi pendidikan kita. Mereka sangat meyakini bahwa setiap individu adalah unik dan memiliki kemampuan yang berbeda beda. Di Finlandia profesi guru adalah profesi yang paling terhormat. Dokter justru berada dibawah peringkat guru.

2. Amerika

Amerika yang terdiri dari banyak negara bagian ternyata tidak pernah menyelenggarakan UN atau ujian negara secara nasional.
Walaupun ada ujian yang diselenggarakan oleh masing-masing state (negara bagian), namun tidak semua sekolah diwajibkan mengikuti ujian negara bagian. Tiap negara bagian juga mempunyai materi ujian-masing masing.
Sekolah-sekolah tetap boleh menyelenggarakan ujian sendiri dan menentukan kelulusannya sendiri..
Semua lulusan, baik lulusan yang disenggarakan oleh sekolahnya sendiri atau lulus ujian yang diselenggarakan negara bagian, tetap boleh mengikuti ujian masuk ke college ataupun universitas asal memenuhi persyaratan dan lulus tes masuk.
Pakar pendidikan dari Columbia University, Linda Hammond (1994)
Berpendapat bahwa nasionalisasi ujian sekolah tidak bisa memberi kreativitas guru. Sekolah tidak bisa menciptakan strategi belajar sesuai dengan perbedaan kondisi sosial, ekonomi, budaya, serta kemajuan teknologi. Sistem pendidikan top down oriented, tak bisa menjawab masalah yang ada di daerah-daerah berbeda.


3. Jerman

Jerman tidak mengenal ujian nasional. Kebijaksanaan yang diutamakan adalah membantu setiap peserta didik dapat berkembang secara optimal, yaitu dengan:
(1) menyediakan guru yang profesional, yang seluruh waktunya dicurahkan untuk menjadi
pendidik;
(2) menyediakan fasilitas sekolah yang memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan penuh kegembiraan dengan fasilitas olahraga dan ruang bermain yang memadai dan ruang kerja guru;
(3) menyediakan media pembelajaran yang kaya, yang memungkinkan peserta didik dapat secara terus-menerus belajar melalui membaca buku wajib, buku rujukan, dan buku bacaan, (termasuk novel), serta kelengkapan laboratorium dan perpustakaan yang memungkinkan peserta didik belajar sampai tingkatan menikmati belajar;
(4) evaluasi yang terus-menerus, komprehensif dan obyektif.
Melalui model pembelajaran yang seperti inilah, yaitu peserta didik setiap saat dinilai tingkah lakunya,kesungguhan belajarnya, hasil belajarnya, kemampuan intelektual, partisipasinya dalam belajar yang menjadikan sekolah di Jerman mampu menghasilkan rakyat yang beretos kerja tinggi, peduli mutu, dan gemar belajar
4. Kanada
Di Kanada tidak ada Ujian Nasional karena dianggap tak bermanfaat untuk kemajuan pendidikan di negara iti. Untuk kontrol kualitas di Kanada terdapat penjaminan mutu pendidikan yang kontrolnya sangat kuat. Lembaga penjamin mutu ini benar-benar bekerja secara ketat dari pendidikan dasar hingga menengah. Sehinga murid yang akan masuk ke perguruan tinggi cukup dengan rapor terakhir.
Di Kanada, perguruan tinggi tidak sulit lagi untuk menerima murid darimana pun sekolahnya. Karena standar sekolah di sana sudah sesuai dengan standar perguruan tinggi yang akan dimasuki setiap lulusan sekolah.
Kebalikan dengan di Indonesia, perguruan tinggi banyak yang tidak percaya dengan lulusan sekolah menengah. Saling tidak percaya standar ini yang menyebabkan pemborosan keuangan negara karena harus menyelenggarakan UN dan ujian mandiri.

5. Australia

Di Negara Australia ini, ujian nasional tidak dilaksanakan bahkan tidak dikenal sama sekali, melainkan ujian state. Ujian ini tidak menentukan lulus tidaknya para peserta didik, namun untuk menentukan kemana siswa tersebut akan melanjutkan pendidikan. Berapapun nilai yang didapatkan oleh siswa dari ujian tersebut tetap dinyatakan lulus. Nilai nol pun tetap dinyatakan lulus, namun kelulusan tersebut tidak ada gunanya. Berarti siswa tersebut akan sangat sulit untuk melanjutkan pendidikannya
So, what is your opinion about that? (CDH)

Uang Kuliah Tunggal (UKT) atau SPP tunggal nampaknya menjadi pembicaraan berlarut-larut di kalangan masyarakat. Tahun 2013 ini, SPP Tun...



Uang Kuliah Tunggal (UKT) atau SPP tunggal nampaknya menjadi pembicaraan berlarut-larut di kalangan masyarakat. Tahun 2013 ini, SPP Tunggal sudah ditindak lanjuti dengan serius di semua Perguruan Tinggi Negeri yang ada di Indonesia. Mendikbud dan Dikti mengungkapkan bahwa tujuan diberlakukannya SPP Tunggal ini adalah untuk meringankan biaya kuliah dengan menghapus uang pangkal serta menghapus berbagai macam biaya lain-lain tetapi harus tetap membayar SPP tunggal setiap semester. Pada mulanya, banyak orang yang berpendapat bahwa biaya kuliah itu mahal, dari alasan itulah Mendikbud menjanjikan bahwa tidak ada lagi biaya mahal masuk ke Perguruan Tinggi Negeri, salah satu cara yang diambil Mendikbud sendiri adalah dengan memberlakukan SPP Tunggal. 

Saat ini, semua Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia masih menentukan besaran SPP Tunggal yang akan diterapkan di kampusnya. Setelah selesai menentukan besaran biaya untuk SPP Tunggal, hasilnya akan diserahkan ke Dikti untuk mendapat persetujuan. Kemungkinan, masing-masing PTN akan menghitung biaya untuk SPP Tunggal berdasarkan pembiayaan pendidikan di tahun sebelumnya yang sudah terlanjur mahal. Uang pangkal yang besar bisa saja diratakan untuk delapan semester sehingga kelihatannya menjadi kecil.
Langkah Mendikbud memang benar untuk membuat biaya belajar di PTN tidak mahal lagi, namun PTN juga mempunyai cara untuk mendapatkan pemasukan. Jadi PTN tidak akan menelan mentah-mentah langkah yang diberikan Mendikbud. Sebagai contoh di Universitas Brawijaya Malang, Dirjen Dikti menetapkan total kebutuhan Universitas Brawijaya tahun ini mencapai Rp. 794.8 Miliar dan dari seluruh kebutuhan ini pemerintah menanggung Rp. 627.9 Miliar, sisanya ditanggung Mahasiswa yang akan dibayar sebagai SPP Tunggal. Dari perhitungan yang dilakukan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya, tahun 2011-2012 maksimum Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya (FIB UB) memiliki tanggungan SPP sejumlah Rp. 2.300.000 dan diawal perkuliahan biaya SPP (semester I) + SPFP sejumlah Rp. 8.285.000. Jika ditotal maka tanggungan pembayaran Mahasiswa sampai lulus 4 tahun sebesar ± Rp. 24.385.000. Tahun 2013 SPP Tunggal (Non SPFP) untuk mahasiswa jalur reguler sebilai Rp. 4.680.000 (per-semester). Jadi, selama perkuliahan empat tahun (S1), total yang didapatkan adalah senilai Rp. 37.440.000.
BEM FIB UB menuturkan bahwa memang benar jika SPP Tunggal diterapkan maka uang SPFP sudah tidak diberlakukan lagi tetapi berdasarkan hitung-hitungan kasar yang telah dilakukan, dengan mengacu pada biaya kuliah total hingga lulus, maka tetap saja UKT akan lebih mahal dari biaya kuliah sebelumnya. Alhasil, masih belum ada kemungkinan jika biaya kuliah akan menjadi lebih murah dari sebelumnya walaupun sudah memberlakukan keputusan MENDIKBUD yang berupa SPP Tunggal. Ini menjadi PR untuk Mendikbud, Mendikbud harus lebih tegas lagi. Jika Besar SPP Tunggal juga ditentukan oleh Mendikbud dan Dikti, mungkin Biaya kuliah akan sedikit turun. Namun, hal itu tidak mungkin, karena jika Mendikbud dan Dikti menentukan besaran biaya untuk SPP Tunggal, banyak Perguruan Tinggi Negeri yang akan kontra. Alasannya sederhana, PTN juga mempunyai kebutuhannya sendiri, jadi PTN juga harus menentukan sendiri. ( CDH )