Assalamu’alaikum wr.wb
Halo gais, lama sekali gak ngeblog nih, biasanya Cuma utek-utek
blog karena blognya agak rewel. Yah Alhamdulillah kesempatan kali ini bisa
posting. Oke, sebelumnya saya mau cerita sedikit tentang apa ynag akan saya
posting kali ini. beberapa waktu yang lalu saya sempat berkunjung di daerah
pesisir malang untuk survey bakti sosial ‘Indonesia
Cerdas’. Disana saya menemukan beberapa hal yang membuka mata saya untuk
lebih mencintai Indonesia, terutama dinamika masyarakatnya dan peradaban
disana. Langsung saja ya kala begitu.
Bakti sosial kedua saya dan teman-teman ‘Indonesia Cerdas’ ini masih berada di
tempat yang sama dengan kegiatan baksos pertama kami, yaitu di desa Bajulmati,
Malang, Jatim. Desa ini merupakan desa yang sangat istimewa kalau menurut saya.
Di desa tersebut, ada seorang warga yang saya bilang menjadi saksi perjuangan
dan peradaban bagi masyarakat disana, beliau bernama Bapak Izhar. Beliau sebenarnya
bukan penduduk desa tersebut, namun puluhan tahun yang lalu beliau berada di
desa Bajulmati dan melihat masyarakat disana belum begitu mengenal tatanan, Pak
Izhar bercerita bahwa dahulu masyarakat belum begitu mengenal adab. Untuk urusan
mandi saja laki-laki dan perempuan dicampur, mandi bersamaan, tidak ada kamar
mandi sehingga untuk buang air kecil ya tidak di kamar mandi. Kemudian perlahan-lahan
Pak Izhar mulai terjun ke masyarakat untuk membangun masyarakatnya, dengan
memperkenalkan kamar mandi, dan saat ini beliau membuka rumah pintar di rumahnya
sendiri untuk umum. Itu sebagian kecil crita tentang Pak Izhar, kemudian saya
akan bercerita mengenai apa yang terjadi ketika saya survei lokasi beberapa
waktu yang lalu.
Desa Bajulmati ini adalah desa yang hampir tak tersentuh
tangan pemerintah. Kondisi TK yang bisa saya bilang seperti kandang, dokter
yang hanya bertugas di hari senin dan kamis itupun hanya beberapa jam. Jadi Puskesmas
disana selalu kosong. Tapi untungnya, desa ini bukanlah desa yang mati. Desa ini
benar-benar hidup, karena memang desa ini mempunyai tujuan yaitu sebagai desa ‘berdikari’.
Setiap hari selalu ada tamu yang datang ke desa tersebut untuk membicarakan
masalah silaturahmi dan bakti sosial yang akan dilakukan disana. Disaat saya
dan teman-teman Indonesia Cerdas kesana, ada juga beberapa kelompok yang juga
membicarakan hal yang sama untuk kegiatan mereka.
Desa ini merupakan desa yang hidup karena masyarakatnya
mau hidup, sangat jauh kualitasnya jika dibandingkan dengan masyarakat
perkotaan. Desa ini angat amazing, banyak sekali tokoh-tokoh masyarakat yang
juga menginspirasi. Seperti Pak Izhar, Pak Sis yang juga berkontribusi untuk
kemajuan desa, Pak Mahbud yang rela tinggal disana untuk mengurus desa yang
dalam ini bukanlah Money-Oriented,
dan banyak yang lainnya. Karena desa ini sudah sangat sering menerima tamu
seperti kami, maka masyarakatnya juga sangat ramah. Bahkan sangat membantu kami
pula, saya masih ingat ketika kegiatan pertama kami dulu, saya dan teman-teman
saya mencoba meminta air untuk minum di rumah-rumah warga. Mereka sangat
antusias memberi dan ada yang mempersilahkan kita masuk kemudian mengobrol
sambil minum kopi dan makan pisang.
Namun, sekarang ada kemajuan yang dilakukan masyarakat
desa tersebut. Sekarang tamu-tamu yang ingin silaturahmi dan melakukan bakti
sosial disana, untuk masalah penginapannya tidak boleh hanya di rumah Pak Izhar
atau Pak Sis (biasanya dua rumah ini memang dibuat untuk menginap), tamu yang
datang harus disebar dan menempati rumah-rumah warga yang lain agar bisa
berinteraksi dengan warga disana, agar kami juga bisa dekat dan akrab dengan
warga disana. Hal ini juga bertujuan untuk menyelesaikan tuduhan yang
tidak-tidak oleh warga kepada tamu.
Mengenai pedidikan, di desa Bajulmati baru saja dibangun
PAUD dari sumbangan salah satu Bank swasta dan juga kerjasama warga. Mungkin sebentar
lagi akan dibangun juga TK yang baru karena sudah tak layak pakai. Ada cerita
yang menarik dari pengasuh PAUD disana, yaitu Pak Mahbud. Beliau bukanlah warga
asli sana, beliau tinggal menjadi satu dengan PAUD, setiap minggu beliau
menyempatkan untuk pulang ke rumahnya, dan jika tak sempat maka beliau akan
tetap mengabdi disana. Saya masih ingat beliau pernah berkata kalau beliau juga
tidak tahu kenapa bisa bertahun belasan tahun untuk berkontribusi di desa
tersebut, padahal pekerjaan ini tidak memberikan keuntungan finansial. Beliau bilang
bahwa ada kepuasan tersendiri, karena hidup ini sebenarnya ya untuk
menyenangkan orang, itu mungkin prinsip beliau.
Warga disana sangatlah antusias dan produktif, mereka
sangat baik. Bahkan ketika saya dan teman-teman Indonesia Cerdas bertamu ke Ibu
Lik, ketua PKK di Desa Bajulmati untuk membicarakan kegiatan kami yang salah
satunya ditujukan untuk Ibu-ibu disana, beliau sangat antusias, bahkan belum
sempat dekat saja kita sudah bisa bercanda dan bercerita banyak dengan beliau. Bahkan
kita juga mendapat teh anget dari Bu Lik. Hehehe
Mungkin ini saja dulu ya yang bisa saya ceritaan, akan
ada kelanjutan kisah tentang desa Bajulmati. Karena saya ingin bercerita banya
sekali mengenai ini, semoga postingan saya bisa membuka wawasan kita dan cara
berpikir kita menjadi semakin maju dan lebih peduli akan sesama, lebih
mencintai Nusantara dan segala isi alam semesta ini. mencoba berpikir positif,
walaupun dengan apapun yang kita benci. Jangan membenci, karena kebencian akan
membawa kita pada penyesalan. Sayangi semua, karena Tuhan kita Maha Penyayang.
Wassalamu’alaikum wr.wb
0 komentar: