Bagi
orang Jawa, weton bukanlah hal yang luar biasa dan sangat sakral karena
dalam laku keseharian sudah sering dilakukan bahkan menjadi tradisi yang setiap
individu mengetahui. Weton sendiri adalah hari kelahiran manusia menurut
penanggalan Jawa. Secara mudah, weton sendiri dapat diketahui dari hari
kelahiran dan pasaran. Sebagai contoh, saya lahir pada tanggal 13 Agustus tahun
xxxx. Saat tanggal 13 Agustus itu bertepatan di hari Sabtu Wage. Sabtu
wage itulah weton saya.
Banyak
orang yang salah kaprah ketika membicarakan mengenai penanggalan Jawa dan weton.
Sebenarnya jika ditelusuri secara logis dan dianalisa secara empiris, tidak ada
hal yang perlu disangkutpautkan dengan klenik atau apapun. Karena penanggalan
dalam suatu suku merupakan sebuah sistem yang terlahir dari manusia. Tidak ada
perbedaan fungsi umum antara penanggalan Jawa dengan penanggalan masehi. Hanya saja,
penanggalan-penanggalan yang terlahir dari sistem kebudayaan daerah kita
biasanya lebih akurat, dan bukan lebih ‘kolot’.
Tentu
saja jika kita masih menggunakan dan mengikuti penanggalan Jawa, kita akan
dianggap kolot. Padahal, tentu saja para leluhur kita dahulu sudah dengan susah
payah menuangkan usaha pikiran dan mendonasikan waktu-waktunya untuk membuat
sebuah sistem kolektif penanggalan ini. tidak hanya untuk menandai waktu, namun
penanggalan kita juga sudah bisa menandai sifat manusia dan pergerakan alam yang
jelas sudah teruji selama ribuan tahun. Hanya saja saat ini, ketika kita kembali
kepada sistem itu maka akan dianggap klenik, syirik, dan lain-lain.
Pernahkah
kalian mendengar dari orangtua atau sesepuh kalian saat membicarakan tentang weton.
Bahkan terkadang orangtua saya dapat mengetahui sifat dari weton. Saya yang
wetonnya adalah sabtu wage kata ibuk orangnya gak keras alias
tidak keras kepala, sedangkan ibuk saya pernah berujar bahwa adek saya sifatnya
keras kepala, lantas ibuk menyangkutpautkan dengan weton, “yo pantes
ae weton e pancen………”
Tentu
secara ilmiah tidaklah bisa diberi justifikasi sebagai suatu kesimpulan. Namun dalam
kehidupan masyarakat, setiap orang bisa dilihat karakter umumnya dari weton.
Satu
hal lagi dari Jawa yang membuat saya merasa bahwa perilaku kebudayaan ini
sangatlah istimewa adalah wetonan. Wetonan berarti ‘merayakan’
hari lahir, berbeda dengan ulang ahun. Keakuratan waktunya justru lebih
spesifik wetonan. Jika ulangtahun, yang dirayakan adalah tanggal dan
bulan kelahiran (bukan tahunnya, eh tapi namanya ulang tahun), wetonan
justru yang dirayakan adalah hari dan pasaran saat kelahiran.
Loh
bagaimana itu?
Tentu
saja kita harus mengetahui filosofi dibalik wetonan itu sendiri. Sebenarnya
makna wetonan bukanlah hanya sebagai perayaan, namun ia adalah pengingat
dan penanda sebuah kelahiran. Oleh karena itu, biasanya setiap wetonan
maka ditandai dengan membuat jenang sengkolo atau bubur abang, penjelasan
mengenai weton dan jenang sengkolo akan saya jelaskan besok. Kali ini
lebih fokus ke wetonan dahulu ya.
Wetonan adalah penanda
mengenai kelahiran. Karena ia adalah penanda, maka tentu saja ada makna
dibaliknya. Maknanya adalah sebagai pengingat bahwa sebagai manusia kita ini
dilahirkan, dari yang semula tidak ada menjadi ada. Weton adalah penanda
bahwa kehidupan mempunyai masa, maka dari itu kita selalu diingatkan dengan wetonan
yang datangnya tidak setahun sekali, namun sebulan sekali. Wetonan adalah
sebuah pengingat kehidupan, dan dalam kehidupan akan selalu ada syukur sebelum
kematian. Dan rasa syukur itu ditandai dengan adanya wetonan yang
biasanya diaplikasikan dengan cara membagikan jenang sengkolo minimal untuk
tetangga-tetangga dekat kita.
Banyak
sekali hal yang perlu dituangkan mengenai wetonan ini, besok akan saya
jelaskan makna jenang sengkolo dan wetonan. Untuk kali ini sudah ya,
salam.
0 komentar: