Menurut W.H. Walsh, Sejarah itu menitikberatkan pada pencatatan yang berarti dan penting saja bagi manusia. Catatan itu meliputi tinda...

Sejarah, dan Ilmu Empiris Retrokognisi



Menurut W.H. Walsh, Sejarah itu menitikberatkan pada pencatatan yang berarti dan penting saja bagi manusia. Catatan itu meliputi tindakan-tindakan dan pengalaman-pengalaman manusia pada masa lampau pada hal-hal yang penting sehingga merupakan cerita yang berarti.secara garis besar, sejarah adalah pengalaman manusia dari masa lalu yang memiliki peran yang penting untuk masa sekarang. Jika kita sedang berbicara mengenai sejarah, maka kita tentu saja akan membahas dua poin penting; waktu dan kejadian.

            Waktu, akan selalu merujuk kepada masa dimana suatu kegiatan itu dilakukan oleh manusia. Sedangkan kejadian adalah aksi yang melekat pada waktu (masa lampau). Itulah mengapa dalam pelajaran sejarah di Indonesia ini, peserta didik selalu dicekoki dengan suatu peristiwa dan tahun kejadiannya, seakan itulah kunci dari sejarah. Namun tak bisa dipungkiri, memang ‘agak’ benar. Lalu bagaimana kita menggali kejadian yang sudah puluhan hingga ribuan tahun yang lalu? Apakah sejarawan benar-benar mengetahui kejadiannya sehingga Ketika muncul dalam suatu diskusi atau liputan, mereka benar-benar yakin menjelaskan dengan gamblang seakan mereka adalah saksi kejadian yang sudah beribu-ribu tahun itu.

            Tidak ada hal yang tidak mungkin, mungkin baga kita yang sering melihat konten Youtube tentang hal-hal supranatural, kita sangat sering mendengar istilah retrokognisi. Retrokognisi adalah sebuah kemampuan untuk mengetahui dan melihat dengan jelas kejadian yang sudah berlalu. Sebagai contoh, ada seorang indigo yang dapat menceritakan sejarah suatu desa dengan sangat jelas bahkan sangat detail, padahal ia baru saja mengunjungi desa tersebut. Ia bahkan dengan fasih menyebutkan tokoh-tokoh yang ada dan menunjukkan sudut-sudut desa yang kiranya menjadi tempat terjadinya kejadian penting di masa lalu. Apakah ia adalah sejarawan? Tidak, ia memang mempunyai kemampuan retrokognisi, dimana ia mempunyai kemampuan Kembali ke masa lalu untuk mengetahui apa yang benar-benar terjadi. Mengkhayal? Bisa jadi omongan yang saya ujar ini salah. Ini semua adalah perihal kepercayaan, dan saya tidak bisa memaksa bahwa kepercayaan saya yang paling benar. Kita bisa percaya atau tidak. Semua Kembali ke diri kita.

            Namun, hal yang membuat saya bahwa retrokognisi ini sebenarnya bukan hal yang mustahil adalah, bahwasannya retrokognisi adalah sebuah kemampuan yang mana semua hal itu bisa dipelajari. Kepekaan adalah kunci, dan bukti yang tertinggal juga berperan dalam mengasah kemampuan retrokognisi kita. Seorang sejarawan tidak mungkin bisa mengetahui dan menjelaskan sejarah suatu peristiwa atau tempat dengan sangat luwes tanpa mendapatkan insight dan bukti terhadap hal tersebut terlebih dahulu. Semisal, sejarawan tidak akan berani memberikan informasi di hadapan peserta seminar mengenai kerajaan Majapahit, jika tidak ada narasi mengenai Majapahit di dalam otaknya. Jadi, bacaan mengenai Majapahit, sumber sejarah seperti prasasti, surat Lontar, artefak kerajaan, arsip yang tersimpan, adalah cara sejarawan menyusun peristiwa di masa lampau, dan persepsi yang tersusun itulah yang menjadikannya sebuah kemampuan retrokognisi.

            Hanya saja, jika kita sedang membicarakan mengenai ilmu sejarah secara empiris, retrokognisi selalu dikaitkan dengan kajian yang ilmiah, sedangkan jika membicarakan mengenai kemampuan retrokognisi yang dilakukan oleh seseorang yang memang mempunyai kemampuan akan itu, maka kita selalu berbicara mengenai klenik. Padahal, bukankah di akhirat nanti mulut kita dikunci rapat dan semua yang pernah kita perbuat akan ditampilkan, tangan, kaki, rambut, batu yang pernah kita lempar, sandal yang pernah kita gunakan, pohon yang pernah kita sandari, semua akan menceritakan dan bersaksi mengenai kita semasa di dunia (masa lampau). Memori, bukan hanya milik manusia. Bahkan benda mati juga menyimpan memori. Bukan hal yang sulit untuk manusia pilihan Tuhan untuk mengungkap semua yang terjadi di masa lampau, karena semuanya berdzikir kepada Allah, dan semua bisa berkomunikasi. Orang Jawa sangat menjaga hubungan bukan dengan hanya manusia, melainkan alam semesta.

Memayu Hayuning Bawana, Memayu Hayuning Bebrayan.

4 comments:

  1. pertama jadi inget sama tulisan mbah Nun di salah satu bukunya, "sejarah ialah catatan tentang sedikit orang yang menentukan banyak orang. Orang banyak bisa menentukan banyak orang, tapi tidak pernah bisa menentukan sedikit orang". Jadi mungkin bisa ditambahkan subjek yang bisa jadi menjadi unsur penting juga dalam sejarah.

    Dan soal retrokognisi, ini jadi keinget om Hao di kisah tanah jawa. seriously amazed dengan mereka yang punya karamah ini.

    oh iya sedikit cerita sekaligus nanya, yang mungkin agak nggak nyambung tp saya pikir ini juga ilmu yg berdekatan dg retrokognisi. Jadi, saya pernah ketemu dengan orang yang ketika saya belum berbicara tp saya sudah berfikir sesuatu tetiba dia tahu apa yg saya pikirkan, sempat takut juga karena takutnya pas berfikiran agak kotor-kotor gitu dia bisa tahu. wkwkwk. itu apa ya nama ilmunya min?

    ReplyDelete
    Replies
    1. wadidaw, pertanyaanmu sungguh sangat susaaaah.
      Ku tak tau, hehe.
      mungkin bisa dipejari juga nih ilmu yang seperti ini, kok kayak kemampuan membaca pikiran. aku sih belum menemukan bukti otentik bahwa orang bisa baca pikiran. kecuali sebelum melakukan 'membaca pikiran' dia sudah menemukan segala komponen pendukung dari orang yang mau dibaca itu. jadi akurasinya bisa tinggi. mungkin, hehe

      Delete
  2. Sangat menarik, Om. Saya pernah bertemu, dulu saat di Kelud, dengan salah satu tim arkeolog yang bernama Turangga Seta, yang menggunakan metode "menyan" untuk menggali informasi sebanyak mungkin. Tujuan utama mereka adalah menemukan / membuktikan atlantis ada. Saya sendiri sangat mengapresiasi manusia Turangga Seta ini. Namun,sayangnya, sistem keilmuan saat ini tidak memberikan ruang bagi mereka untuk eksis. Padahal bisa jadi hal ini merupakan alternatif baru untuk mengeruk beragam informasi tentang apa yang terjadi di masa lalu. Semoga suatu saat ada penelitian yang memvalidasi metode anti mainstream seperti Turangga Seta, atau retrokognisi.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mungkin kita perlu belajar pada ketidaktahuan dan tak perlu memaksakan suatu hal untuk masuk ke cabang ilmu yang kita geluti, wkwk

      Delete