Apa-apa yang sudah ditetapkan halal ya halal, yang haram ya haram. Jangan dibolak-balik. Yang haram ya halal, yang halal ya haram. Bagai...
"Cuk lah"
Apa-apa yang sudah ditetapkan halal ya halal, yang haram ya haram. Jangan dibolak-balik. Yang haram ya halal, yang halal ya haram. Bagaimana kalau berjalan dengan kepalamu saja, atau berpikir dengan dengkul. Fenomena yang terjadi di negera ini adalah fenomena carut marut kesesuaian dan kelayakan berpikir. Kenapa carut marut, ya karena yang benar dianggap salah dan yang salah pasti lebih salah. Kebenaran hanya untuk orang yang lebih tinggi derajat duniawinya daripada orang yang diajak berbicara.
Terutama dalam paradigma politik, dialektika-dialektika yang ada adalah manipulasi mulut untuk menggerakkan seluruh jasad pendukungnya. Hanya bermodal lambe tapi bisa sangat kuat, karena ada faktor pendukung yang memang jasad-jasad yang lain menginginkannya, yaitu faktor materi. Dengan materi, semua bisa diurus dan digiring sesuai kehendak pemilik modal. Namun tak disadari, umpan materi dari pemilik modal malah membuat para jasad mengerahkan lebih banyak materi untuk mereka.
Indonesia bukan pemerintahan Indonesia. Pemerintahan Indonesia ini adalah bapak, sedangkan Indonesianya sendiri adalah Ibu, Ibu Pertiwi. Namun sekarang si Bapak sedang durhaka kepada Ibu. Tinggal menanti kutukan dari Ibu. Tak perlu khawatir, kita sebagai rakyat hanya sebagai objek giringan pemain bola. Jika si Bapak berhenti menggiring kita, kita akan tetap diam dan tak dapat akibatnya. Seperti pemain sepak bola, bola nya ya diam saja. Kalau ada tim yang kalah, yang dimarahin pelatihnya ya pemain, bukan bolanya.
Indonesia ini lagi carut marut, para penguasa menikmati kekuasaannya. Rakyat pun menikmati kemandiriannya. Tidak ada kerjasama yang signifikan, terbukti dari masih banyaknya keluhan-keluhan dari rakyat yang selama ini sudah saya dengarkan. Ini memang sebagian kecil masyarakat Indonesia saja, tak bisa dibuat kesimpulan untuk kinerja pemerintahannya. Namun saya sengaja membesar-besarkan masalah ini ya karena memang persoalan rakyat harus diurus, sekecil apapun. Daripada saya membesar-besarkan masalah politik, agama, dan gejolak-gejolak dalam pemerintahan, saya ya gak ada gunanya melakukan itu, karena itu taka da dampak untuk mengurangi beban rakyat. Kasus duta Pancasila yang sangat Pancasilais, kasus warga Negara, dan kasus yang lain, saya tutup mulut saja. Karena semakin dibahas, semakin pemerintah merasa diperhatikan. Mereka akan Ge Er nantinya, mending memperhatikan rakyat saja, karena mereka yang berhak menentukan progresitas bangsa dibanding penghuni-penghuni yang lain, mulai dari Jin, binatang, dedemit, kuntilanak, dan masih banyak yang kita belum tahu.
Tapi bagaimanapun kinerja pemerintahan Indonesia untuk masyarakatnya, pastilah sudah bagus, pasti. Karena sebelum mereka menjabat, mereka sudah disumpah. Agak aneh memang, Tuhan hanya dibuat untuk mendukung kekuasaan. Setelah mereka menjabat, tak ada Tuhan dalam pengambilan keputusan. Bahkan karya Tuhan yang bernama Agama saja ada di bawah Pemerintah. Agama yang di Departemen kan, Departemen Agama. Lagi, pemerintah pasti memiliki kinerja yang bagus karena mereka sudah di sumpah dan berniat. Niat Ingsun mangan uwong nganti gangsal tahun.
Aku ngerasani Pemerintah, cuk lah.
About author: Kata Candra
Semoga Menikmati, Jangan Lupa Komen Dong.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar: