Melihat mentari di tempat yang lebih tinggi daripada kebanyakan orang. Di temani dengan sahabat-sahabat yang turut berjuang dal...
Menjamah si Mungil (Gak perlu ditambahi 3gp)
Melihat mentari di tempat yang lebih tinggi daripada kebanyakan orang. Di temani dengan sahabat-sahabat yang turut berjuang dalam sebuah penantian. Yaah....mungkin tak semua orang bisa seberuntung kami, orang-orang yang bisa menatap Matahari lebih dekat, lebih dekat dengan awan, atau mungkin kita telah diatas awan. 28 Februari 2014, aku membulatkan tekad untuk memulai langkahku menuju si kecil itu. Gunung Penanggungan yang berada diantara dua Kabupaten, Mojokerto dan Pasuruan, yang hanya memiliki ketinggian kurang dari 1700 mdpl. Sebuah pengalaman yang tak mungkin aku lupakan, cerita awal, cerita kesal, cerita persahabatan, dan cerita sebuah jawaban.
Saat itu, perkuliahan baru saja dimulai setelah libur panjang. Rencana untuk bersilaturahmi ke Gunung Penanggungan ini serba dadakan. Tak ada persiapan matang. Saat itu, memang aku belum mengetahui kabar tentang pendakian ini. Aku hanya sibuk dengan aktifitasku, sibuk dengan kuliahku. Dan akhirnya, dalam perbincanganku dengan Luqman, teman kuliahku, akhirnya dia memberitahuku bahwa dia dan yang lain akan pergi mendaki. Aku, yang bingung antara ingin ikut atau tidak,sontak langsung menjawab 'IYA'. Hah...konyol sekali, aku tak memikirkannya matang-matang. Padahal aku belum mempersiapkan semua kebutuhan, padahal ini akan menjadi pendakian 'pertama' ku. Apa aku kuat, apa aku bisa. Dua pertanyaan itu yang selalu aku pertanyakan untuk diriku sendiri. Ya untuk dia yang menjawab 'IYA'.
Serba mendadak, setelah tawaran pendakian datang dihari Kamis, keesokan harinya kami langsung berangkat. Jum'at, 28 Februari 2014. Menakjubkan, seolah-olah seperti membwa beban yang sangat berat ketika hendak berangkat. Seperti memanggul mimpi-mimpi yang aku punya. Memanggulnya di pundakku. Ini adalah pertama kalinya aku pergi muncak. Membawa tas besar, tas carrier berwarna hitam merah. Yah beginilah aku, sok gaya membawa tas carrier yang besar. Padahal aku tidak tau apakah aku kuat berjalan sampai keatas? Maklum, naluri manusia. Suka pamer dan sok-sokan. It happens to me anyway. Rencana awal kami berangkat setelah melakukan Shalat Jum'at. Tapi, rencana terkadang hanya menjadi wacana. Akhirnya kami harus menunggu beberapa jam, atau yaah bisa dikatakan menunggu setengah hari. Karena kita berangkat menuju Si Kecil Mnakjubkan itu sekitar pukul 21:00 WIB.
Pendakian dimulai tepat tengah malam, disuasana dingin, Eh gak sih, aku buat lebay aja. Kami menapaki jalan pendakian, bincang-bincang untuk menegasikan lelah. Hingga celetuk candaan kami lontarkan. Biasa lah, saling mem-bully. Kami mem-bully yang paling tua, mem-bully yang ada masalah dengan fisik, dan bully-an asmara.
Tak jarang kami menanyakan, entah tak tau bertanya kepada siapa.
"Jek adoh ta? "
Pertanyaan itu selalu dijawab seperti ini,
"iku lo wes ketok, 10 menit maneh."
Nyatanya itu hanya omong kosong, seperti janji yang lebur dihempas angin dan membawanya pergi ke pelabuhan selanjutnya. (kok aku mendadak galau ya)
Terus berjalan hingga akhirnya kami tiba di bidang tanah yang datar. Kami senang karena kami kira, sudah sampai puncak. Kemudian waktu kami menoleh kebelakang, terlihat jalan yang curam dan jauh. Semua berkata,
"Janc*k iki puncak bayangan c*k, jek adoh"
Akupun langsung lemas, selemes Putus Cinta. (galau maneh, doh)
Lanjuuuut mlakune, hingga tepat pukul 5 pagi, kami sampai puncak Penanggungan. Foto-foto biar bisa buat bahan sosmed. Istirahat sebentar, lalu kami mendirikan Alf*mart disana. Ya kali bangun supermarket. Kita makan pilus berlauk nasi.
Setelah itu pulang, ada yang langsung absen kuliah seminggu, ada yang absen cuma dua hari. Tergantung umur, semakin tua umurnya semakin lama absen kuliahnya. Wes gitu wae, gak usah komen. (Padahal yo gak tau dikomen)
About author: Kata Candra
Semoga Menikmati, Jangan Lupa Komen Dong.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 komentar: