Pertama-tama, Selamat Hari Pendidikan. Berbicara mengenai pendidikan Indonesia, yah gak usah dibicarakan kali ya, saya mau taubat gak nge...

Cara Mencapai Ilmu Tinggi

Pertama-tama, Selamat Hari Pendidikan.
Berbicara mengenai pendidikan Indonesia, yah gak usah dibicarakan kali ya, saya mau taubat gak ngerasani Pemerintah lagi. Hehe
Pendidikan tentulah menjadi hal yang krusial dan termasuk dalam perihal yang urgent. Saat ini, Pendidikan seakan hanya sebuah legitimasi sosial. Ada beberapa kalangan pastinya yang ingin menempuh pendidikan Setinggi-tingginya hanya karena 'Gengsi', lantas bagaimana pendidikan dan ilmu yang seharusnya?


Jika kita amati, sebenarnya pendidikan formal bukan suatu cara untuk membuat kita tahu. Namun ia adalah cara untuk membuat kita ingat, karena sebenarnya semua komponen pengetahuan sudah diberikan Tuhan ke diri kita sebelum kita diturunkan ke Bumi. Oleh sebab itu, tugas kita di Bumi adalah mencari jalan agar kembali ke kemesraan Tuhan. Untuk mencapai jalan itu, maka kita sebagai manusia dibuat melupakan pengetahuan tersebut dan harus mengingat-ingat kembali jawaban atas dialektika kemesraan Tuhan. Semisal, kita sebagai manusia ketika di alam ruh beraksi bahwa 'Tidak ada Tuhan Selain Allah', tapi apakah ketika kita hidup sekarang, kita ingat bahwa pernah berujar seperti itu? Dan disanalah permasalahannya, pendidikan adalah pemantik untuk mengingat-ingat.


Selain untuk mengingat-ingat, saya akan coba untuk membahas lebih dalam apa yang terjadi di pendidikan saat ini. Orientasi pendidikan selama ini adalah orientasi 'Benar dan Salah'. Berbeda pelajaran, berbeda kebenaran. Berbeda guru, berbeda kebenaran. Berbeda individu, berbeda kebenaran pula. Dan berbeda cara berpikir, berbeda presisi kebenarannya. Oleh karena itu, sangat aneh jika ada pihak yang memaksakan kebenaran yang diyakini, yang menyudutkan bahwa semua selain dia adalah Salah. Sifat primordial seperti ini bisa saja dibentuk oleh pendidikan yang satu arah dan tidak menjadikan Peserta Didik menjadi Subjek utama pendidikan, melainkan menjadikan Peserta Didik bahan percobaan metode-metode pendidikan. Makanya Kurikulum bolak-balik ganti, Peserta Didik adalah proyek, bukan subjek. Loh, malah ngerasani Pemerintah lagi, cuk.


Lalu bagaimana seharusnya? Orang Jawa punya 'ilmu kelakone kanti laku'. Jika itu diterapkan benar-benar maka orientasi pendidikan bukan kepada benar-salah, melainkan pendidikan dan ilmu sebagai orientasi keberhasilan memahami hidup dan orientasi tanggungjawab kepada Tuhan untuk kelupaan kita. Paham gak? Gak paham? Aku juga asal nulis aja kok. Haha


Oke, kita lanjut.
Setelah adanya disorientasi kepada Benar-Salah, tugas menempuh pendidikan dan ilmu adalah tugas aplikatif terhadap kemungkinan-kemungkinan sosial dan kehidupan. Itulah waktunya menerapkan Matematika, Fisika, Kimia, Sosiologi, Biologi, dan ilmu lainnya dalam bermasyarakat.

"Loh kok bisa ilmu Matematika dipakai di sosial?"

La dipikir untuk apa semua ilmu itu jika bukan untuk hidup. Dipikir Matematika hanya dibuat jualan martabak isi kenangan coklat yang manis, legit, dan nyam-nyam apa. (Bahas apa ini)


Oke, kita teruskan.
Semua ilmu adalah untuk hidup dan dalam rangka untuk mengingat-ingat sehingga ada kelakuan yang teraplikasikan. Kita luruskan pemahaman mengenai Matematika, ia bukankah ilmu hitung jika diaplikasikan di sosial. Matematika adalah ilmu yang memicu 'Kemampuan Untuk Melihat Pola' dari sesuatu yang semula tak berpola. Ini bukan karangan saya sendiri, ini dari Mbah Tejo (Sudjiwo Tejo) waktu kami berbincang-bincang di sebuah kafe dan memesan Teh Sisr*i rasa gula batu dan diberi es sedikit.
Sudah paham kan tentang MTK. Kalau seperti itu bisa diterapkan kan di sosial? Bisa dooong. Begitu juga Fisika, Kimia, dll. Pasti bisa diterapkan di kehidupan sosial. Tapi sisanya anda cari sendiri. Masak saya terus yang jelasin, dibayar juga nggak, anda tinggal baca aja. Lah saya nulis ini, mikir, pegel bro. Mikir sendiri ya.


Setelah memahami nilai aplikatif setiap ilmu, baru kita aplikasikan dalam rangkaian hidup yang membentuk frame bersosial-budaya. Yakinlah, setelah ilmu menjadi kelakuan, anda akan menerima ilmu yang lebih besar. Karena tadi, filosofi Jawa tadi. Gitu bro, jadi ilmu itu bukan tentang sekolah saja. Tapi juga tanggungjawab moral, tanggungjawab religi, tanggubgjawab kalau pasangan anda hamil. Weh, opo iki, salah, skip. Ilmu dan pendidikan adalah sarana mencapai Tuhan. Jadi semua ilmu dan subjek pendidikan adalah pelajaran agama. Tidak ada dikotomi antara agama dan science.


Sekian dan, Selamat Hari Pendidikan untuk generasi melek ilmu.

0 komentar: