Aku ingat, temanku pernah berkata
bahwa seorang lelaki itu jiwa nya ada di rokok dan kopi. Jika tidak bisa
menikmati keduanya, ‘lelaki’nya perlu dipertanyakan. Kalian pasti tahu sendiri,
bagaimana seorang lelaki dapat menghabiskan waktunya berjam-jam, ngobrol ngalor-ngidul dengan rekan atau
koleganya dengan hanya ditemani oleh secangkir kecil kopi. Entah, sihir apa
yang dibuatnya hingga bisa menjadikan kopi gelas kecil menjadi sangat awet
sekali. Ditambah lagi, jika ada rokok yang menemaninya. Seakan nikmat sekali
aku melihatnya. Namun sangat disayangkan, dahulu saya tidak bisa merasakan
keduanya. Pertama, aku bukan perokok. Kedua, aku tidak bisa minum kopi karena
masalah lambung. Tapi, baru beberapa bulan ini aku mencoba memberi sugesti
kepada tubuhku sendiri bahwa bukan kopi yang membuat lambungku tak kuat.
Alhasil, aku sudah bisa minum kopi dan belajar menikmatinya.
Aku membayangkan, bahwa
jangan-jangan kopi ini adalah zat yang sangat ampuh untuk membius manusia dalam
membawa tubuh peminumnya kepada rileksasi paling dalam. Entah, mungkin bisa
menjadi candu juga. Ada berapa ide yang tercipta di warung kopi, ada berapa
banyak masalah yang selesai di cangkrukan
kopi, dan ada berapa tawa keakraban yang justru lahir di cangkrukan kopi.
Hidup ini semua tentang kopi,
begitu kita masuk kedalam masalah, yang ada hanya kepahitan seperti kopi tanpa
olahan dan racikan. Namun, andai saja kita mau rileks dan berpikir jernih dalam
meneguknya (masalah), ada saja cara jitu melewati masalah itu. Lihat,
orang-orang yang cangkruk ditemani
kopi, seperti ringan sekali bukan?
Semua problema hidup ini adalah
kopi. Terserah, hendak kita racik seperti apa kopi ini. Dan ingin kita nikmati
dengan cara yang bagaimana. Yang terpenting adalah, jangan sampai kita tidak
menikmatinya. Kalau hanya minum kopi, semua pasti bisa. Namun, ada sisi
terdalam tentang rasa, yaitu kenikmatan. Minum kopi, mungkin tidak butuh waktu
ber jam-jam, dua menit langsung habis dengan tegukan jumbo. Berbeda dengan
menikmati kopi. Kita butuh jeda, mengatur ritme tegukan, karena yang kita
bayangkan ialah kopi sebagai stimulan untuk kita lebih aktif dan kreatif.
Itulah yang dinamakan menikmati kopi.
Masalah? Menyelesaikan masalah,
mudah. Justru, sepertinya kita perlu belajar untuk menikmati masalah. Agar,
setiap tegukan penyelesaian masalah yang kita rasakan tidak hilang begitu saja.
Malah, menjadi stimulan untuk masa depan kita. Atau jika tak mau berpikir
sejauh itu, mungkin dengan belajar menikmati masalah, kita bisa lebih rileks
dan tak gugup lagi dengan masalah. Tidak mudah memang, namun jangan biarkan
kopi hanya habis dalam sekali, dua kali tegukan. Nikmati dan kembali berpikir
jernih. Bukankah kopi hanya media untuk tukar ide, menjalalin hubungan
komunikasi, menciptakan keakraban, dan tujuan lainnya dalam pembahasan cangkrukan. Bukankah masalah hanya media
juga, untuk menmbangun kemandirian, menciptakan peluang keberhasilan, berlatih
sabar, latihan antisipasi untuk menghadapi masalah yang lebih besar, dan
lain-lain.
Rupanya, kita semua harus belajar
menikmati kopi dan bukan hanya minum kopi. Salam secangkir kopi!!
Ping
ReplyDelete