Dari Ruqyah Hingga Bunuh Diri
Jika Part 1, saya bercerita lebih tentang pengalaman
saya. Yang berarti, saya berperan sebagai center
dari sebuah cerita. Lain lagi dengan Part 2 ini, disini, saya akan mencoba
lebih melakukan eksplorasi dalam menempatkan suatu pengalaman sebagai center, atau core.
Saya punya teman, bahkan sahabat, yang dekat denga
saya sejak SMA. Saat itu, kami kuliah di Malang, satu kos, satu kamar tidur,
satu ranjang. Tunggu, saya bisa jelaskan. Kami bukan maho. Kami memiliki track
record dalam mempelajari agama yang bisa dibilang sama. Bedanya, dia jauh lebih
sholeh dari saya. Dalam kisah ini, saya sebut dia Badrun.
Badrun, riwayat spiritual mistis nya,
leluhur-leluhurnya dahulu mempunyai ilmu (metafisik).
Karena memiliki bawaan ilmu ghaib,
ada seorang tokoh agama yang mengatakan bahwa ada sesuatu yang menempel dalam
dirinya. Bisa dibilang, sosok ‘jin warisan’ (asyik ya, kini bukan hanya bisnis MLM saja yang bisa diwariskan,
namun Jin pun bisa diwariskan). Badrun sampai pernah melakukan ruqyah dengan
seorang Kyai. Sang Kyai tersebut berkata, bahwa masih ada barang warisan
leluhur yang masih tidak netral,
keluarga Badrun diminta untuk membakarnya.
Tak kunjung sembuh. Biasanya, di kos, kami berdua melakukan Ruqyah mandiri. Dengan bacaan ayat-ayat
suci Al-Quran yang kami dapatkan dari seorang tokoh agama, dan juga beliau
membuka praktik pengobatan Nabawiah gitu,
namanya Bekam (Bukan David Bekam lo
ya). Biasanya, setiap satu atau dua
bulan, kami datang ke kediaman beliau untuk melakukan Bekam, dan kami dapat gratis
(maklum, kelakuan anak kos).
Saat itu, Badrun berkeluh kesah, bahwa ia sering
bermimpi dengan seorang wanita yang ia tak kenal. Memang, Badrun kalau tidur
sering aneh, ia sering meringik-meringik seperti orang meminta tolong, dan juga
giginya selalu di kerut-kerut hingga
berbunyi. Ia mengadu, bahwa ia sering bermimpi wanita yang tak ia kenal, dan
itu secara terus menerus. Akhirnya, Sang Ahli bekam yang akan saya sebut, Pak Bekam, bercerita bahwa indikasi
seperti meringik dan mengkerutkan gigi, atau bermimpi dengan lawan jenis,
adalah indikasi Jin. Karena, istri belaiu juga sering seperti itu, bahkan dalam
skala yang bisa dibilang sudah parah. Dalam mimpi, jika lelaki, akan bermimpi
perempuan, begitu juga sebaliknya. Seorang tak dikenal itu akan mengajak kita,
dan jangan sampai kita meng-iya-kan ajakannya. Berkat Ruqyah mandiri dan bacaan
Al-Ma’tsurat setiap pagi dan petang, akhirnya istri belaiu sudah normal kembali
dan dalam tahap bermimpi dengan jin tersebut,
namun ia berhasil melawan (menolak). Akhirnya, Badrun diberi buku bacaan Ruqyah
yang selalu kita baca setiap harinya.
Keadaan semakin parah, setiap hari kami membaca
Ruqyah untuk diri kami, muntah, sudah biasa. Karena setiap kami membaca ruqyah,
pasti muntah, seperti yang di tipi-tipi itu.
Dan juga, itu indikasi bahwa Jin tak kuat. Namun ada suatu masa, saat itu malam
jum’at, kami Sunnah Rasul, hmm…kok ambigu ya. Maksud saya Sunnah Rasul menuntut
ilmu, kami baru saja pulang dari kajian mingguan di salah satu masjid di daerah
Sukun, Malang. Setelah sampai kos, saya mencuci beras (ngususi) di kamar mandi untuk dimasak, sedang Badrun, membaca
ayat-ayat Ruqyah. Tiba-tiba saat di tengah-tengah bacaan, ia membungkuk dalam
duduknya seakan pundaknya ada yang menekan, memanggil-manggil saya meminta
tolong. Sontak, saya langsung meninggalkan beras itu dan lari ke kamar.
Memegang pundaknya, sambil membaca ayat-ayat tertentu. Dia, masih dalam keadaan
seperti menangis, seperti keberatan, mulutnya tak bisa mengucapkan ayat dengan
jelas. Masih dalam keadaan tangan saya memegang pundak nya, diiringi membaca
Ayat suci, setelah itu saya tebaskan tangan saya seakan membuang sesuatu kearah
luar kamar, seperti acara-acara paranormal di TV. Badrun, sudah mulai longgar. Keren
juga saya ya, but, ini nyata, tanpa
ada script, dan kamera tersembunyi.
Kejadian itu, membuat jantung saya berdebar agak kencang dari keadaan normal. Tubuh
saya ikut berat. Saya bertanya kepada Badrun, ia menjelaskan bahwa seperti ada
orang yang sangat kuat, menekan pundaknya, sehingga ia sampai membungkuk.
Memang, Pak Bekam berkata, kalau kita istiqomah membaca ayat ruqyah, mereka
akan tidak kuat dan cenderung menyerang. Kali ini, kami membuktikan. Setelah
peperangan itu, kami berdua berwudhu, setelah sholat sunnah beberapa raka’at,
kami tidur. Namun, saya tak bisa tidur, karena merasa bahwa yang saya buang
keluar tadi, masih menatap kami berdua. Saya tak bisa melihat benda seperti
itu, namun kita semua pasti pernah punya feeling
bahwa ada seseorang yang mengintai atau menatap kita. Saya merasakan hal
seperti itu.
Hal yang dapat diambil hikmah adalah, “Hasbunallah wa ni’mal wakil”. Tak perlu
kita meminta-minta kekuatan, keuntungan kepada yang selain Allah. Kita harus
mandiri, berdaulat atas diri. Ciptakan jalan yang hanya dua arah saja, kita
dengan Allah, dan Allah dengan kita. Karena jika tauhid sudah bercabang, cabang
itu akan membawa banyak hal untuk di Tuhan-kan.
Menganggap harta bisa menolong, menganggap jabatan
sebagai penolong. Itu semua adalah kesyirikan, dan penghinaan atas Tuhan.
Wadaw, kok saya jadi ceramah, bukan ranah saya ini. Ampuuun……
Jadi, Badrun ini sekarang sudah membaik. Tidurnya tak
kerut-kerut lagi, tak meringik lagi, dan tak bermimpi wanita aneh lagi.
Diantara manusia di luar sana, ada kisah, yang kita awalnya tak percaya. Namun,
itu nyata. Diluar sana, ada manusia dengan kisah yang dijalaninya, berusaha
mencari solusi terhadap titik pemahaman atas segala problematika.
Kita tidak perlu memahami semua hal. Karena, manusia
seperti Badrun ini selamat karena ketidaktahuannya atas situasi tersebut. Di
tengah kefakirannya, Allah Yang Maha
Tahu membantunya. Berikan sifat maklum, kepada siapapun. Kita tidak tahu, dalam
dirinya, mungkin ia sedang berperang. Sehingga ia merasa tertekan dengan
situasi itu. Dan, diantara manusia,
selalu ada saja kisah yang kita tak perlu tahu, tapi itu pasti ada.
***
Part 3, akan membahas seorang teman saya yang ngeyel ingin bunuh diri. Dan meminta
saya agar sepaham dengan dia, bahwa bunuh diri itu diampuni. Saya akan tulis
cerita part 3 dalam dua hari kedepan. Makasih uda mampir, para manusia baik!!!
Mau saya Ruqyah? Siapkan mahar 50 juta. Hehe, bercanda. Nggak 50 juta kok, 70 juta saja. (Maaf kalimat penutupnya jelek,
diduga, penulis sedang mabuk Air Tajin).
0 komentar: