Dulu
aku berpikir, strata edukasi menjadi hal yang penting yang dapat meninggikan
kelas sosial ataupun kelas ekonomi. Dulu aku berpikir bahwa pendidikan di
perguruan tinggi adalah parameter untuk lebih dekat dengan kesuksesan. Itu dulu,
saat pikiran hanya disibukkan dengan ketakutan akan masa depan. Itu dulu, saat
masih di Sekolah Menengah Atas.
Sekarang,
aku telah fasih memahami bahwa kesuksesan tidak selalu diikuti oleh pendidikan tinggi
ataupun tumpukan materi. Aku tidak mengatakan bahwa kuliah itu tidak penting. Kuliah
adalah tempat paling penting untuk mengembangkan pikiran dan berjejaring. Jika mental
kita memang mempunyai mental sukses, maka universitas adalah tempat paling ‘mahal’
untuk menemukan ilmu yang empiris untuk diterapkan dalam kehidupan bersosial. Substansi
perkuliahan bukanlah pada kelas, substansi perkuliahan adalah saat pengetahuan
itu menjadi output di luar kelas.
Title? Status legalitas
pendidikan itu hanya bonus, dan bonus itu tak akan bisa kita gunakan selamanya.
Title hanya berguna saat ingin melakukan tindakan atau kegiatan yang
jalurnya memang di dunia akademis, itu pun bisa untuk tidak digunakan juga. Bagaimana
dengan melamar kerja? Apakah benar sandingan nama yang kita beli selama minimal
delapan semester dan memakan materi berjuta-juta itu bisa membuat kita
mendapatkan pekerjaan? Secara makro, mungkin saja bisa. Namun secara aplikatif,
tentu saja tidak. Title hanya digunakan untuk keperluan admnistrasi,
namun keahlian pada suatu bidang lah yang menjadi acuan. Dan untuk mendapat
keahlian yang terfokus memang salah satu jalurnya adalah dengan belajar di
perguruan tinggi, namun itu tidak absolut.
Tapi
dewasa ini, banyak sekali startup dan perusahaan besar yang tidak berfokus pada
title ataupun pendidikan tinggi, melainkan skill yang terdapat
dalam diri, kreatifitas, dan keberanian mengambil resiko. Sebenarnya sama saja,
hal yang paling penting Ketika berbicara mengenai kesuksesan adalah
kesungguhan, entah melalui pendidikan atau jalur yang lain, sama saja.
Tidak
adil rasanya jika menyandingkan kesuksesan dengan pendidikan. Aku justru banyak
belajar dari orang-orang desa yang sudah sepuh. Sangat sederhana, memang ‘wong
ndeso’ ini tidak bisa merangkai kata dengan sangat bagus dan teratur, namun
ilmu yang mereka punya sudah ‘beyond’. Itulah akhirnya aku memahami
bahwa tugasku adalah menjadi penyambung lidah untuk menjelaskan maksud mereka
dan merumuskan apa maksud mereka. Sinergi adalah sebuah jalan untuk melahirkan
karya baru.
Mungkin
justifikasi yang aku buat ini juga tidak relevan dengan kebutuhan kalian semua.
Karena memang dunia yang aku geluti ada kaitannya dengan masyarakat adat yang biasa
dibilang kolot, ndeso, dan lain-lain, sehingga tentu saja aku menemukan
simbol ketenangan di dalam sana. Berbeda dengan seorang ahli desain grafis
misalnya, pasti standar kesuksesannya berbeda dengan apa yang sudah aku
tetapkan.
Jadi
sebenarnya, kuliah penting atau tidak?
Maaf,
kalian tidak adak menemukan jawabannya disini. Disini bukan tempat untuk
membuat hal susah menjadi mudah.
Penting atau tidak, at least, kita sepakat bahwa tidak banyak orang dapat kesempatan belajar hingga bangku kuliah. Maka dari itu kita wajib bersyukur untuk kesempatan ini. Nice writing, as always!
ReplyDeletemenurutku, kalau bicara tentang keahlian untuk mencari uang, bekerja, itu bisa dilakukan oleh siapa saja yang punya kesungguhan niat dan keuletan, kalau kuliah itu untuk "mecahne piker" gitu.. hahahaa au ah tapi bener apa nggak..
ReplyDelete